Kumpulan Cerita Dewasa Paling Panas HOT 18+ Terbaru : Pengalaman Seks Mbak Indah
Kumpulan Cerita Dewasa Paling Panas HOT 18+ Terbaru : Pengalaman Seks Mbak Indah - inilah buat anda penggemar cerita dewasa , berikut ini koleksi cerita dewasa seks terbaru untuk anda , selamat menikmati Sebelum itu juga sempat beredar Video
porno Mesum sma trenggalek bikin heboh semua
kenal ama adeknya dulu...eh dapet memek kakaknya
Dari Adiknya, Dapat Kakaknya
Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilguekan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah enggak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat.
Usai rapat, gue bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat gue keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.
“Didik .. “ gue menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya gue mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin gue omongin sama lo,” kata Sarah setelah gue mendekat.
“Tapi Rah, sore ini gue mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku.
“Cuman sebentar kok Dik. lo tunggu dulu ya, gue mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksgue sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya gue duduk kembali.
“Dik, lo pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. gue baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.
“Emangnya, ada apa sih?” gue balik bertanya.
“Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.”
“Enggak kok, gue nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar.
“Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau lo suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi.
“Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku.
“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.”
“Ya terserah lo sih kalau lo nganggep gue bohong. Yang jelas, sudah gue bilang bahwa gue nggak pacaran sama Nita.”
gue sama sekali enggak bohong pada Sarah, karena gue sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘enggak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.
“Nanti malem, mau nggak lo ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersama gue. Ini dia awal Cerita seks Terbaru Gue
“Kan udah kubilang tadi, gue mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku.
“Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.
“lo mau percaya atau enggak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” gue gantian bertanya.
“Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. gue dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang gue langsung menuju halte. Sebelum berpisah, gue sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.
Diam-diam gue merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk Nge Seks, sekedar mencium pun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya gue agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya enggak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’.
Di tengah rasa bete itu gue coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang gue sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, enggak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada Payudaranya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. gue jadi ingat Nita. Ah, seandainya enggak gue enggak ke rumah Sarah, pasti gue sudah melayang bareng Nita.
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.
“Heh, awas lo jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padgue.
“Maksud Mbak, apa?” gue bertanya enggak mengerti.
“Sarah itu anak lugu, tapi lo jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi.
“Ini ada apa sih Mbak?” gue makin bingung.
“Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau lo dari tadi bete,” gue hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul. Dari sini di mulai Cerita Dewasa Terbaru
“lo bete, karena malem ini lo nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” gue hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.
“Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot.
Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” katgue.
“Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot.
“Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” gue tersenyum menggodanya.
“Ih, senyam-senyum Nge Seksulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.
“Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula gue menggodanya.
“Denger ya, gue nggak lagi bercanda. Kalau lo berani macem-macem sama adikku, gue bisa bunuh lo!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu.
“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” katgue mengakhiri penjelasanku.
“lo ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.
“Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” katgue lagi.
“Tapi .. kenapa tadi sama gue lo beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?”
gue berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya gue mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau gue diam-diam sering memperhatikan dia.
“Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kata gue sambil garuk-garuk kepala.
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, gue mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. gue mulai lancar menggoda Mbak Indah.
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.
“Baca di rumah,” bisiknya.
gue lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.
“Sori terlambat. Mesti ngerayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,”
Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara gue tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu gue pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.
Dalam perjalanan di bus, gue tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padgue.
“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik.
“Kan lain jurusan,”
gue membela diri.
“Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “
gue enggak melanjutkan kata-kata gue, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku.
Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun.
Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.
“Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku.
“Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.”
gue langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.
“Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
“Kan tadi udah mandi Mbak,” katgue.
“Ih, jorok. Males gue deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, gue duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. gue lihat Mbak Indah enggak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.
“Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “gue mau mandi, tapi bareng ya?”
“Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu gue langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.
“Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga gue bertelanjang toket. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melguekannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya gue sendiri yang melguekannya sampai gue sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.
“Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil kontolku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.
“Sakit Mbak,” gue meringis.
“Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. gue tak berkedip memandangi sepasang Payudara Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah enggak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padgue.
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang Payudara-nya yang besar itu terlepas.
“Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya lo mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi gue sudah enggak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.
Mbak Indah enggak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. gue makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap Payudaranya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.
Beberapa menit kulguekan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalgue agar terlepas dari Payudaranya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.
Belum sempat mata gue menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam kontolku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara kontolku ditariknya. gue meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelguean Mbak Indah itu.
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …
“mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa.
Tak ingat berapa lama kami melguekan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. gue duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahgue, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadgue. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam kontolku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala kontolku dengan lembut. gue sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang kontolku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala kontolku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi gue belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya gue berhasil mengangkat kepalanya dan melepas kontolku dari mulutnya.
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua Payudaranya, sementara tanganku meremasnya bergantian.
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan enggak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku liang senggamanya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desahan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam liang senggamanya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya gue mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalgue menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padgue agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih kontolku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam liang senggamanya.
“Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat kontolku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. gue enggak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan kontolku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadgue cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melguekan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mata gue seperti menyuruhkan memejamkan mata. gue menurut dan memejamkan mata gue.
Setelah beberapa saat gue memejamkan mata, gue mulai bisa memperhatikan dengan telinga gue apa yang dari tadi enggak kuperhatikan, gue mulai bisa merasakan apa yang dari tadi enggak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, gue seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat kontolku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mata gue, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah enggak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan kontol dan pantatku.
“Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padgue seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat gue membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang enggak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan kontolku yang rasanya seperti empot-empotkan ke liang senggamanya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.
“Jangan di dalam ya sayang, gue belum minum obat,” gue mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. gue ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi gue gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya gue membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.
“Aaaah… Hoooohh,” gue hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga kontolku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu enggak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih kontolku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya gue bergeser ke depan sehingga kontolku tepat berada di atas perut Mbak Indah.
“Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali spermgue muncrat membasahi toket dan perut Mbak Indah. gue merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan sperma gue di tubuhnya.
“Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.
Selama di bus dalam perjalanan pulang gue memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.
“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi gue mau lebih. gue mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwa gue.”
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.
“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali lo lguekan sama Sarah. Kalau sampai lo lakukan, gue enggak akan pernah memaafkan lo!” gue terbangun, rupanya dalam tidurku gue bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.
Sekian Kumpulan Cerita Dewasa Paling Panas HOT 18+ Terbaru : Pengalaman Seks Mbak Indah
0 komentar:
Posting Komentar